Jumat, 30 Maret 2012

Lihatlah...dan cobalah untuk Pamrih

seorang anak perempuan kecil tumbuh bersama tekanan, tekanan hidup, tekanan dari saudara tiri, tekanan dari teman sebaya yang sirik. Ia tak melanjutkan ke SMP karena masalah biaya. Ia tak membeli baju bagus, Ia tak makan yang enak-enak, bahkan Ia tak meminta uang untuk jajan. setiap kali Ia mencoba meminta uang jajan pada ibunya, kaka tiri nya selalu menyiksanya. Ia mempunyai tiga adik, dan sangat menyayangi ketiga adiknya.
setiap pagi Ia ikut neneknya yang berprofesi sebagai mak beurang (ibu yang membantu proses persalinan) ke beberapa desa untuk bantu-bantu, atau terkadang, Ia kerja di pabrik beras untuk menutu (menumbuk padi) beras, bahkan Ia kerap menjadi tukang pijit untuk beberapa tetangga yang meminta. dari situlah Ia mendapatkan uang untuk jajan sehari-hari. tetapi, karena Ia sangat sayang adiknya, kadang uang hasil jerih payahnya itu Ia berikan pada adik-adiknya. melihat teman sebayanya sekolah, hatinya miris,
bukan tak ingin sekolah, tapi karena keterbatasan biaya saja Ia jadi tak bisa melanjutkan sekolahnya, padahal Ia anak yang cerdas. Ayahnya hanya seorang petani.
ketika beranjak remaja, Ia memilih untuk tinggal bersama pamannya. Ia hijrah dari Garut ke Sukabumi. dan disana lah Ia bertemu dengan jodohnya. seorang lelaki yang luar biasa baiknya, soleh, berpendidikan, sudah bekerja, dan masih saudara pula.
setiap akhir minggu lelaki itu datang ke tempat pamannya, hanya untuk menemuinya.
akan tetapi dasar si Paman tukang jail, ketika laki-laki itu datang, sang Paman saat di kunjungi laki-laki itu malah pura-pura tidur, hal itu beliau lakukan agar si lelaku tidak bisa menemui atau curi-curi pandang pada perempuan itu. rupanya sang Paman tahu bahwa maksud kemenakannya datang adalah untuk  suatu hal yang lain, karena sang paman curiga, kenapa dari Jakarta dia belai-belain datang langsung ke Sukabumi, tidak ke rumahnya dulu yang berada di perbatasan Cianjur-Sukabumi...
setiap kali berkunjung, lelaki itu tak lupa membawa amplop yang berisi surat cinta dan berselipkan uang. Perempuan itu bukan main senangnya.
itulah awal pertemuan mereka, singkat cerita, lelaki itu melamar perempuan pada kedua orang tuanya dan mereka pun menikah.
lelaki itu bekerja di kantor Gubernur Jakarta. Allah memang Maha Adil, setelah pernikahan, lelaki itu mulai meneruskan kuliahnya, dan berhasil menjadi Sarjana setelah dikarunia dua anak perempuan yang manis.
Hidup terus berjalan, perempuan itu kini sudah menjadi ibu dari dua anak perempuan yang manis dan menjadi istri dari seorang Pegawai Negri Sipil yang teladan. Selalu ada jalan menuju kebahagiaan bagi orang-orang yang sabar...karena hidup itu seperti roda, terus berputar, yang di bawah tak akan selamanya di bawah, yang di atas pun demikian. Yang penting jangan menyerah, dan teruslah bersabar dan berusaha, semua ada jalannya, dan akan berakhir bahagia bagi orang-orang yang sabar...^_^

Tidak ada komentar: